Hasilkan 15 trash bag sampah per hari, begini cara SMP 11 Mimika kelola sampah

Kepala SMP Negeri 11 Mimika, Damaris Limbong. (Papuadaily/Crystal)

Timika, Papuadaily – Dari balik gerbang SMP Negeri 11 Mimika, ada cerita menarik tentang bagaimana sampah plastik bisa diubah menjadi sarana pendidikan sekaligus peluang ekonomi.

Kepala SMP Negeri 11 Mimika, Damaris Limbong, mengatakan setiap hari sekolahnya menghasilkan 10 hingga 15 trash bag sampah, dan sebagian besar berasal dari plastik.

banner 325x300

“Dengan jumlah siswa mencapai 970 orang, sekolah setiap harinya menghasilkan sekitar 10–15 trash bag sampah. Jika dihitung, rata-rata satu siswa bisa menghasilkan lima hingga sepuluh jenis sampah per hari,” ujarnya kepada Papuadaily, Jumat (26/9/2025).

Tingginya produksi sampah itu mendorong pihak sekolah untuk mencari solusi. Sejak 2021, mereka menerapkan program bank sampah. Tujuannya bukan sekadar menjaga kebersihan, tetapi juga membangun kesadaran bahwa sampah memiliki nilai ekonomis jika dikelola dengan baik.

“Sampah yang bernilai ekonomis ini, kami membentuk tim Adiwiyata sebagai tim penanggung jawab pengelola sampah dan setiap hari kami memberi sosialisasi terhadap sampah ke siswa/siswi,” jelas Damaris.

Upaya tersebut kini mulai menunjukkan hasil. Hampir 85 persen siswa SMP Negeri 11 Mimika sudah memahami pentingnya memilah sampah organik dan non-organik. Para guru pun tak tinggal diam. Mereka ikut aktif menjadi teladan nyata di hadapan murid-muridnya.

“Awalnya, kami sangat kesulitan untuk mengedukasi anak-anak tentang pentingnya sampah plastik yang bernilai ekonomis dan cara memilah plastik organik dan non organik. Hampir lima tahun berjalan dengan cara sering memberikan sosialisasi, edukasi dan praktik secara konsisten kepada anak-anak. Hampir 85 persen mereka paham,” katanya.

Lebih jauh, Damaris berharap program bank sampah di sekolahnya dapat melampaui sekadar kegiatan memilah dan menjual. Ia membayangkan suatu hari pengelolaan sampah bisa berkembang ke tahap pengolahan yang lebih besar, membuka lapangan kerja baru, dan berkontribusi mengurangi pengangguran di masyarakat.

“Sehingga dengan program ini, tidak berhenti hanya pada kegiatan memilah dan menjual sampah di sekolah, tetapi bisa ditingkatkan ke tahap pengolahan yang lebih besar juga dan bisa membuka lapangan kerja dan mengurangi pengangguran,” tutupnya.