News  

Belajar dari Kalam Kudus: Membangun Sekolah yang Aman untuk Semua Anak

Timika, Papuadaily – Peristiwa perundungan yang sempat mengguncang Sekolah Kalam Kudus Timika akhirnya berujung damai. Proses mediasi yang difasilitasi oleh Bidang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak Kabupaten Mimika berhasil mempertemukan semua pihak yang terlibat: pihak sekolah, keluarga korban, dan keluarga pelaku.

Kepala Bidang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Perlindungan Khusus Anak di Mimika, Marlina J. Dalipang, mengatakan dua anak menjadi korban dalam peristiwa yang terjadi beberapa hari lalu. Ia mengaku lega karena pertemuan itu menghasilkan kesepakatan damai.

“Puji Tuhan, tadi sudah ada kesepakatan damai yang terjadi melalui mediasi. Adanya kejadian seperti ini, harapan dari pemberdayaan untuk ke depan kepada semua sekolah maupun generasi-generasi penerus agar tidak ada bullying-bullying seperti kejadian kemarin,” ucap Marlina, Kamis (16/10/2025).

Namun, Marlina tak menutupi rasa kecewanya. Ia menyebut, meski sosialisasi pencegahan bullying sudah sering dilakukan di sekolah tersebut, insiden itu tetap terjadi.

“Ya, jujur, bahwa kami kecolongan. Kecolongan dalam arti bahwa selama ini sudah sering mengadakan sosialisasi bahkan pendampingan juga ke sekolah Kalam Kudus. Tetapi saat ini kami merasa kecolongan. Padahal selama ini kan kita sudah mengadakan sosialisasi tetapi kembali lagi bahwa kita manusia ya tidak luput dari hal-hal seperti itu,” lanjutnya.

Ia menekankan pentingnya peran orang tua dan guru untuk lebih peka terhadap pergaulan anak-anak.

“Pesan saya, kita bisa mendidik anak-anak kita untuk berbicara, bertutur kata dan beretika baik itu di rumah dan di sekolah,” tutupnya.

Sementara itu, Sekretaris DP3AP2KB Mimika, Supiah Narawena, menegaskan pentingnya langkah korektif dari pihak sekolah.

“Kami mendorong agar pihak yayasan dapat mengkaji dan membenahi hal-hal yang perlu diperbaiki dalam proses pendidikan dan pengajaran di Sekolah Kalam Kudus,” ujarnya.

Supiah menambahkan, pihaknya akan terus mendampingi sekolah-sekolah di Mimika agar kasus serupa tidak terjadi lagi.

“Ke depan, kami akan terus meningkatkan peran aktif dalam mendampingi sekolah-sekolah di Kabupaten Mimika untuk memerangi segala bentuk bullying dan rasisme,” katanya.

Dari pihak sekolah, Ketua Yayasan Kalam Kudus Indonesia Cabang Timika, Pdt. Nining Lebang, menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada keluarga korban dan masyarakat Suku Nduga.

“Kami juga memohon maaf, dan secara khusus juga meminta maaf kepada seluruh masyarakat suku Nduga yang ada di tanah Papua ini berkaitan dengan hal ini. Sekali lagi kami memohon maaf kejadian ini,” ucapnya.

Ia mengakui, kejadian ini menjadi momentum refleksi bagi sekolah.

“Peristiwa ini menjadi pembelajaran berharga sekaligus momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh. Kejadian tersebut menunjukkan masih ada hal-hal yang perlu diperbaiki dalam sistem dan pelaksanaan pendidikan di lingkungan sekolah Kalam Kudus,” jelasnya.

Permintaan maaf juga datang dari orang tua pelaku, ibu Anik, yang menegaskan bahwa peristiwa ini menjadi pelajaran besar bagi keluarganya.

“Secara khusus, kami juga memohon maaf kepada masyarakat Suku Nduga atas peristiwa tersebut. Melalui kejadian ini, kami banyak belajar dan mengambil pelajaran berharga,” ucapnya.

“Ke depannya sebagai orang tua, kami akan lebih memperhatikan anak-anak, lebih tegas dalam mendidik dan meluangkan lebih banyak waktu untuk memberikan perhatian dan bimbingan,” tambahnya.

Dari sisi pendampingan hukum, Kuasa Hukum keluarga korban dari LBH Kaki Abu, Debby Santoso, mengapresiasi jalannya mediasi yang berjalan damai dan terbuka.

“Kami juga berharap pemerintah dapat melakukan evaluasi terhadap dunia pendidikan, khususnya bagi anak-anak dan remaja tingkat menengah dan atas, agar kejadian seperti ini tidak terulang lagi,” ujarnya.

“Pihak keluarga juga membuka diri untuk saling memaafkan dan bersama-sama memulai lembaran baru, baik dalam hal pendidikan anak maupun dalam membangun hubungan sosial dan kemasyarakatan, agar ke depan menjadi lebih baik lagi,” tambahnya.

Mediasi juga dihadiri perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Mimika, Kepala Bidang SMA/SMK, Manto Ginting, yang turut menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Suku Nduga dan keluarga korban.

“Terima kasih juga kami sampaikan kepada orang tua korban dan pelaku yang turut ikut mediasi dan membantu penyelesaian masalah ini dengan hati yang sejuk,” ujarnya.

Ia menegaskan, pendidikan tidak hanya soal pengajaran, tetapi juga pembentukan karakter.

“Kami akan melakukan evaluasi bersama Yayasan Kalam Kudus untuk memastikan hal serupa tidak terjadi lagi di dunia pendidikan. Di sekolah bukan hanya ada pengajaran, tetapi ada pendidikan karakter. Kami pemerintah daerah, bertanggung jawab atas pelayanan pendidikan bagi seluruh masyarakat Mimika,” tegasnya.

Sebagai penutup, Manto menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah menyelesaikan kasus ini dengan kepala dingin.

“Semua pihak berharap kejadian serupa tidak terulang dan menjadi pelajaran berharga untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan bebas dari bullying,” tutupnya.