Karel Kum, tokoh kritis milik Amungme kini telah tiada

Mendiang Karel Kum, tokoh Amungme yang wafat pada Kamis (31/7/2025).

Timika, Papuadaily – Ketua Lembaga Masyarakat Adat Suku Amungme (Lemasa) Karel Kum meninggal dunia di Rumah Sakit Mitra Masyarakat (RSMM) Caritas Timika, Kamis (31/7/2025).

Menurut keluarga, Karel Kum menghembuskan napas terakhir sekitar pukul 06.30 waktu Papua. Almarhum sempat dirawat di RSMM sejak Rabu (23/7/2025) lalu karena sakit yang dideritanya.

banner 325x300

Kepergiannya membuat masyarakat Kabupaten Mimika lebih khusus masyarakat adat Amungme kehilangan seorang tokoh yang lantang membela kepentingan mereka.

Sebulan sebelum kepergiannya, pada Juni 2025 lalu Karel sempat berkunjung melihat kondisi masyarakat adat di Wakia, Distrik Mimika Barat Tengah menyusul polemik tambang emas tradisional di wilayah itu.

Karel Kum dikenal sebagai salah satu tokoh Amungme yang kritis membela kepentingan masyarakat adat di tengah raksasa tambang PT Freeport Indonesia mengeruk kekayaan alam mereka.

Sekalipun sebagai seorang Aparatur Sipil Negara (ASN), Karel tak luput mengkritik pemerintah yang dianggap tak berpihak kepada kepentingan masyarakat.

Ia pernah bilang bahwa “INALUM masuk Freeport seperti pencuri” lalu kemudian Freeport membangun pabrik pengolahan mineral (smelter) di Pulau Jawa sebagai bukti “oligarki merampok kekayaan alam Papua”.

“Pemerintah menguasai Freeport, masuk tidak pernah bicara dengan kami masyarakat adat. Mereka bangun smelter di Jawa itu sangat merugikan kami,” kata Karel dalam sebuah wawancara khusus dengan Papuadaily.

Karel meneruskan teladan Nerius Katagame yang memimpin Lemasa sebelumnya. Seperti Nerius, kepemimpinan Karel juga secara konsisten menentang Freeport yang dianggapnya merugikan masyarakat adat.

Menurut Karel ketika itu, Freeport memainkan “manajemen konflik” di balik terbentuknya sejumlah kelompok atasnama Lemasa. Dengan begitu, kekuatan masyarakat adat terpecah dan Freeport menyokong salah satu kelompok yang memihak kepentingannya.

“Betul (kita dibenturkan sesama masyarakat adat). Makanya saya mau jalan sosialisasi ini ke masyarakat bahwa kita jangan mau diadu domba,” kata Karel.

Tokoh gereja dan juga tokoh masyarakat Amungme, Pdt Isak Onawame, menyebut Karel Kum sebagai sosok yang merangkul dan merupakan representasi dari sebelas wilayah adat Amungme.

Pdt Isak pun selama ini mendukung Lemasa pimpinan Karel Kum. Menurutnya, ini merupakan lembaga adat yang sebenarnya sehingga menggunakan nama “lembaga masyarakat adat” bukan “lembaga musyawarah adat”.

“Karel ini merangkul semua (masyarakat). Sementara (Lemasa) yang lain saya kira hanya kelompok tertentu saja,” ungkap Pdt Isak.