News  

Soal siswi SMPN 7 Mimika dikeroyok, Kepsek: kami belum simpulkan itu perundungan

Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Mimika Yosep Randanan mengklarifikasi kasus pengeroyokan siswinya. (Crystal/Papuadaily)

Timika, Papuadaily – Kepala Sekolah SMP Negeri 7 Mimika Yosep Randanan belum menyimpulkan peristiwa penganiayaan terhadap salah satu siswinya bernama Margaretha pada Sabtu 3 Mei 2025 lalu sebagai tindakan perundungan (bullying).

Yosep Randanan mengatakan, pihak sekolah menemukan fakta-fakta bahwa permasalahan ini bermula dari perselisihan para pelajar di sebuah grup media sosial. Perselisihan itu kemudian berujung pengeroyokan terhadap korban.

Pihak sekolah, kata Yosep, sejauh ini tidak menemukan adanya rangkaian perbuatan tidak menyenangkan lainnya terhadap korban oleh para pelaku yang mengarah pada perundungan. Di samping itu, pengeroyokan tersebut terjadi di luar lingkungan sekolah.

“Kami belum mengatakan itu perundungan. Maksudnya perundungan adalah perlakuan terhadap korban yang sudah dilakukan berkali-kali. Kalau (perundungan) di dalam sekolah tidak ada sama sekali,” kata Yosep ketika diwawancara jurnalis Papuadaily, Rabu (7/5/2025).

Yosep mengaku kaget melihat berita di media yang menyebut telah terjadi perundungan (bullying) di SMP Negeri 7 Mimika. Informasi tersebut bahkan viral di media sosial kendati belum mendapat klarifikasi apapun dari pihak sekolah.

Yosep mengungkapkan, awalnya siswa/i kelas 9 membuat grup di Telegram sebagai media silaturahmi setelah kelulusan. Dalam grup itulah terjadi perselisihan hingga berujung perkelahian dan pengeroyokan.

“(grup) ini dijadikan media silaturahmi, mereka akan komunikasi sampai kapanpun di situ. Namanya anak-anak saling bercanda, akhirnya ada yang tersinggung, salah kata-kata, lalu tanggal 3 Mei itu kejadian (pengeroyokan),” ungkapnya.

Peristiwa pengeroyokan itupun tidak diketahui pihak sekolah yang waktu itu sedang melakukan sosialisasi tentang angka kredit guru, sementara tim ujian sekolah membagikan kartu kepada para siswa kelas 9.

“Jadi saya tidak tau kalau ada kejadian itu, dan kejadian itu di luar sekolah tepatnya di jalan raya. Kemudian ada guru kesiswaan dan security keluar karena mendapatkan informasi kalau ada yang baku pukul,” bebernya.

Pihak sekolah sempat melakukan mediasi pasca pengeroyokan. Terungkap bahwa permasalahan bermula dari grup media sosial. Mediasi kemudian dijadwalkan kembali namun keluarga korban belum sempat hadir lantaran korban masih dalam perawatan di RSUD.

“Orang tua pelaku datang semua kumpul di ruangan dan panggil beberapa saksi yang ada kemudian Ibu Kadis (Pendidikan) dan pak Kabid juga datang karena sudah dengar informasi di berita. Mereka datang berdua ke sekolah,” katanya.

“(Kadis Pendidikan) Ibu Jeni Oesmani sempat menanyakan kenapa terjadi seperti ini. Bahwa jujur itu informasi sementara dari media sosial. Kemudian kami tanya anak-anak, saksi, silakan bicara jangan tambah-tambah dan kurangi, tidak ada yang akan dimarahin di sini,” lanjutnya.

Adapun kasus ini telah dilaporkan ke polisi. Kapolres Mimika AKBP Billyandha Hildiario Budiman membenarkan telah menerima aduan dan mengarahkan korban membuat Laporan Polisi (LP).

Sebelumnya salah seorang siswi kelas IX SMP Negeri 7 Mimika bernama Margaretha diduga dikeroyok oleh sekitar enam orang rekan perempuannya. Margaretha mengalami sejumlah luka lebam akibat penganiayaan dan harus menjalani perawatan di RSUD Mimika.