Timika, Papuadaily – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra menyebut minimnya ketersediaan air bersih jadi kendala bagi perubahan perilaku Buang Air Besar Sembarangan (BABS) di wilayah pesisir.
Untuk wilayah kota, kata Reynold, sebanyak 85 persen penduduk telah memiliki jamban dan tidak ada masalah dengan ketersediaan air bersih.
Namun, untuk di kampung-kampung masih banyak kendala yang dihadapi. Meski sudah ada jamban di setiap kampung, hal tersebut masih bersifat komunal sehingga belum mampu mengatasi perilaku BABS.
Pemerintah pun kini tengah merancang agar setiap rumah tangga memiliki jamban agar perilaku BABS tidak lagi terjadi.
“Yang jadi tantangan bagi kami adalah di wilayah pesisir ya karena ketersediaan air bersih kita lihat curah hujan. Sehingga, pendekatan yang kami rancang adalah berapa sih profil tank yang harus terpasang dengan curah hujan, itu angka koreksinya,” kata Reynold, Senin 7 Juli 2025.
Reynold mengambil contoh, seperti di Puskesmas yang ada di wilayah pesisir rata-rata berisi 10 orang petugas setiap harinya.
Maka, dalam satu hari dibutuhkan sekitar 600 liter air. Namun, di wilayah pesisir, ketersediaan air bersih sangatlah bergantung pada curah hujan.
Biasanya, dalam dua pekan, curah hujan baru tinggi pada hari ke 14 atau akhir pekan kedua. Oleh karena itu, dibutuhkan lebih dari 2 profil tank di setiap Puskesmas.
“Jadi profil tank itu tidak boleh satu, profil tank itu minimal ada 4. Karena kebutuhan air orang di dunia itu per orang per hari adalah 60 liter, itu pendekatannya,” ujar Reynold.
“Jadi saya senang bahwa mulai terpola. Itu isu yang paling mendasar karena air bersih itu mau di mana pun itu kebutuhan dasar, pemda punya komitmen untuk ini,” tutupnya.