Ilaga, Papuadaily – Kabupaten Puncak dilanda kepanikan menyusul tewasnya Agus Murib, warga sipil yang ditembak pada 23 Mei 2025 di Kampung Toagi, Distrik Gome Utara.
Kejadian ini mengakibatkan pengungsian massal dari dua kampung di Gome Utara ke Ilaga, ibu kota Kabupaten Puncak.
Warga trauma setelah mendengar kabar penembakan yang terjadi ketika korban Agus Murib sedang berkebun bersama istrinya.
Kepala Dinas Sosial Kabupaten Puncak, Aser Tabuni, Sabtu (25/5/2024), telah menerima para pengungsi dan memberikan bantuan berupa makanan (dua ekor babi) dan tempat tinggal.
Namun, keterbatasan fasilitas dan belum adanya tim tanggap darurat atau BPBD di Kabupaten Puncak menjadi kendala dalam penanganan pengungsi.
Panglima TPNPB OPM wilayah Puncak Ilaga, Numbuk Telengen, mendesak aparat TNI untuk mengakui perbuatannya dan bertanggung jawab atas kematian Agus Murib.
Ia menegaskan bahwa kejadian tersebut bukanlah peluru nyasar, melainkan penembakan langsung oleh aparat.
“Agus Murib bersama istrinya ke hutan mencari rotan dan sayur. Aparat yang sedang siaga satu kemudian menembak mati Agus Murib. Sementara istrinya melarikan diri ke pemukiman warga di Kampung Toanggi,” katanya.
Situasi semakin mencekam dengan tewasnya Jefri Tabuni (17 tahun), anak dari Mayor Anton Tabuni, kelompok TPNPB-OPM di Kampung Tanah Merah.
Kejadian ini semakin memperdalam trauma masyarakat dan meningkatkan kekhawatiran akan keamanan.
Aparat TNI-Polri kini siaga satu di tengah situasi yang tegang. Para pengungsi dari Gome Utara masih berada di Ilaga dan belum berani kembali ke kampung halaman mereka. (Terry)