Mimika  

Dinkes Mimika rancang sistem penanganan stunting di pegunungan dan pesisir

Ilustrasi

Timika, Papuadaily – Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika, Reynold Ubra mengatakan, rata-rata kasus stunting di Timika setiap tahunnya berdasarkan siklus hidup mencapai 1.000 kasus.

Reynold menyebutkan rata-rata kasus stunting ditemukan di wilayah pegunungan dan pesisir Kabupaten Mimika.

Ia menjelaskan, stunting yang dimaksud kebanyakan berkaitan dengan tumbuh kembang otak anak yang menurutnya hanya dapat diintervensi dengan ketersediaan makanan yang cukup serta faktor lingkungan.

Data ini merupakan hasil dari penimbangan terhadap bayi dan balita di Kabupaten Mimika dari total 318 ribu populasi penduduk di Kabupaten Mimika dengan presentase bayi dan balita yang ditimbang sebanyak 10 sampai 11 persen.

“Penduduk di Timika hari ini berapa sih, 318 ribu. Jadi kami punya penimbangan kira-kira yang ditargetkan per tahun 31 ribu, kami sudah bisa menimbang di angka 28 ribu. Jadi kita sudah bisa memastikan, dan itu di gunung sama di pesisir,” jelas Reynold kepada wartawan saat ditemui, Senin 7 Juli 2025.

Upaya penanggulangan

Reyold mengatakan, dalam upaya penanggulangan stunting Dinas Kesehatan Kabupaten Mimika memastikan semua remaja putri, ibu hamil, anak bayi dan balita diukur statusnya.

Untuk ibu hamil akan diukur mulai dari 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Sedangkan, remaja putri akan diberikan tablet tambah darah untuk dikonsumsi setiap seminggu sekali.

“Kenapa remaja putri? Karena stunting yang kita kejar itu bukan dia tinggi atau dia pendek, tapi tumbuh kembang otak. Kemudian kami melakukan pengukuran status gizi, lingkar lengan, ukur dan timbang panjang badan dan berat badan,” jelas Reynold.

Selain itu, Dinas Kesehatan juga melakukan pemeriksaan lebih awal terhadap bayi yang baru lahir, hasil pemeriksaan tersebut akan dikirim ke luar Mimika untuk dilakukan screening tiroid.

Hal ini sudah dilakukan sejak dua tahun terakhir dan sudah ada sekitar 1000 sampai 2000 bayi yang tidak terkena hipoteroid.

“Kenapa hipotiroid? Karena dia punya hubungan dengan tumbuh dan kembang, artinya clear. Di waktu ibu hamil sampai anak lahir itu clear tidak ada gangguan metabolisme,” ungkap Reynold.

Reynold melanjutkan, saat ini yang sedang dikawal oleh Dinas Kesehatan adalah pelayanan konsumsi asupan gizi melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

Kata Reynold, meski tidak akan merubah stunting, setidaknya upaya ini dapat menjadi media edukasi kepada setiap keluarga mengenai siapa saja penolong si balita atau ibu hamil.

“Persoalan kami yang paling mendasar karena kami intervensi, kami memastikan ibu hamil harus diperiksa, dia melahirkan ditolong oleh nakes di Fasilitas Kesehatan (Faskes) didampingi oleh kader-kader terlatih,” ujarnya.

Sistem penanganan

Reynold bilang, saat ini Dinas Kesehatan sedang berupaya untuk merancag sistem penangana stunting di wilayah pegunungan dan pesisir Kabupaten Mimika.

Adapun upaya yang kiranya bisa untuk dilakukan adalah dengan memastikan ketersediaan makanan di setiap rumah.

Menurut Reynold, pemberian makanan tambahan juga harus ditopang dengan lumbung gizi yang terpenuhi, yaitu dengan adanya ketersediaan makanan untuk pagi, siang sore dan malam.

Sebab, meski diberikan makanan tambahan namun jika tidak didorong dengan ketersediaan makanan yang cukup maka tentu tidaklah efektif.

“Makanan itu sumber nutrisi supaya kita tidak sakit-sakitan. Itu yang sebenarnya kami mau paparkan kepada Pak Bupati dan Pak Wakil Bupati untuk bagaimana percepatan ini,” ungkapnya.

Kata Reynold, koperasi merah putih juga dapat dijadikan sebagai peluang untuk dijadikan sebagai tempat pasokan pangan, terutama di wilayah gunung dan pesisir Mimika.

Hal ini dinilai sebagai pendekatan ekonomi yang bisa diandalkan untuk mempercepat penurunan angka stunting di Kabupaten Mimika.

“Jadi pendekatan pendidikan dan kesehatan itu penting tapi kita tidak boleh lupa bahwa ekonomi itu menjadi penting. Orang makan itu karena ekonominya cukup,” kata Reynold.

Reynold juga mengaku setuju dengan adanya program makan bergizi gratis (MBG) yang dicanangkan oleh orang nomor satu Republik Indonesia (RI), Prabowo Subianto.

Namun, ia menyebutkan bahwa ada ibu hamil dan juga balita di rumah yang jua membutuhkan asupan nutrisi melalui ketersediaan makanan yang cukup.

“Sumber daya di Pemkab (Pemerintah Kabupaten) Mimika ini cukup besar, tinggal bagaimana pimpinan OPD (Orgaisasi Perangkat Daerah) mendesign itu, dan kami punya design sudah ada, dan itu tertuang dalam rencana strategis kami di tahun 2025 sampai 2030,” pungkasnya.