Timika, Papuadaily – Kabar buruk kini menerpa Timika lantaran diperkirakan akan lebih panas dari biasanya setelah kepunahan salju abadi di Puncak Cartenz pegunungan Jayawijaya.
Seperti diketahui, berdasarkan informasi yang diperoleh media ini bahwa tahun 2026 mendatang akan menjadi titik awal kepunahan salju abadi di pegunungan Jayawijaya.
Hal ini dipengaruhi oleh perubahan iklim yang kian menerpa menjadikan ini bak mimpi buruk bagi masyarakat Indonesia, secara khusus Kabupaten Mimika.
Bagaimana tidak, gara-gara pemanasan global, salju yang berada di gugusan pegunungan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Mimika, Provinsi Papua Tengah itu kian memprihatinkan.
“Kalau misalkan itu betul-betul hilang ya kita siap-siap aja lah, sudah pasti Timika itu akan lebih panas, terus cuaca buruknya akan lebih sering terjadi,” kata Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Stasiun Meteorologi Mozes Kilangin Timika, Dwi saat ditemui, Selasa (28/1/2025).
Dwi menyebutkan, BMKG sendiri menyebut kondisi ini dengan sebutan Global Warming. Kondisi ini merupakan perubahan iklim mengacu pada perubahan suhu dan pola cuaca dalam jangka panjang.
Berdasarkan hasil penelitian BMKG Pusat, bahwa pengurangan es atau salju di puncak pegunungan Jayawijaya itu sangat drastis dalam beberapa tahun terakhir.
Sementara itu, berdasarkan data di tahun 2022 luas bongkahan es di pegunungan Jayawijaya 0,23 kilometer persegi.
Kemudian, di tahun 2024 menurun drastis hingga mencapai 0,11 hingga 0,16 kilometer persegi dengan ketebalan es hanya tersisa 4 meter.
Kondisi terburuk yang mengancam salju abadi tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor. Selain karena krisis iklim, juga dipengaruhi oleh hujan air yang turun mengenai permukaan es mempercepat pelelehannya.
Selain itu, juga karena topografi wilayah tersebut yang pada dasarnya adalah tumpukan bebatuan yang dapat menghasilkan panas akibat terlalu lama terpapar sinar matahari.
BMKG mencatat, salju abadi itu pada tahun 2010 memiliki ketebalan es mencapai 32 meter. Tetapi, seiring perubahan iklim yang terjadi di dunia, lapisan es itu terus berkurang.
Hingga tahun 2015, penurunan ketebalan mencapai sekitar satu meter per tahun. Kondisi tersebut semakin buruk pada tahun 2015-2016 saat Indonesia dilanda fenomena El Nino di mana suhu permukaan menjadi lebih hangat.
Akibatnya, pemandangan di Puncakjaya mencair hingga 5 meter per tahun. Pencairan salju abadi itu tak berhenti. Pada tahun 2015-2022, BMKG mencatat ketebalan es mencair 2,5 meter per tahun. Diperkirakan ketebalan es yang tersisa pada Desember 2022 hanya 6 meter.