Timika, Papuadaily — Kepala Suku Amungme, Jackson Beanal, menyerukan agar seluruh pihak bersikap tenang dan menunggu informasi resmi dari Freeport-McMoRan (FCX) maupun Mining Industri Indonesia (MIND ID) terkait rencana pergantian struktur kepemimpinan di tubuh PT Freeport Indonesia (PTFI).
Seruan ini disampaikan Jackson menyusul mencuatnya isu restrukturisasi manajemen dan pengusulan calon Presiden Direktur PTFI pada akhir Oktober 2025. Sebagai pemilik hak ulayat di wilayah operasi perusahaan tambang raksasa tersebut, Jackson menilai bahwa langkah-langkah strategis seperti ini harus disikapi secara hati-hati dan penuh pertimbangan.
“Saya berharap semua pihak dapat menghargai dan menghormati kedukaan yang kini tengah menyelimuti keluarga tujuh korban serta kondisi yang saat ini sedang terjadi di lingkungan PT Freeport Indonesia,” tutur Jackson, saat ditemui di Mimika, Jumat (31/10/2025).
Pernyataan itu juga menyinggung situasi duka yang masih menyelimuti perusahaan pasca insiden luncuran material basah di area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC) pada awal November 2025. Dalam peristiwa tersebut, tujuh karyawan kontraktor PTFI ditemukan meninggal dunia setelah terjebak di area tambang.
Jackson meminta agar seluruh pihak menghormati keluarga korban serta tidak menjadikan momentum kedukaan ini sebagai ajang spekulasi atau tarik-menarik kepentingan.
Berbicara mengenai proses restrukturisasi kepemimpinan di PTFI, Jackson menekankan pentingnya sikap selektif dan objektif dalam memberikan dukungan maupun rekomendasi terhadap calon pimpinan perusahaan.
“Kita harus selektif dalam memberikan dukungan atau rekomendasi. Yang dibutuhkan adalah sosok yang tidak hanya memahami aspek administratif, tetapi juga memiliki pemahaman mendalam terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP), regulasi, dan dinamika teknis di lapangan atau pertambangan,” tegasnya.
Menurut Jackson, proses pemilihan calon Presiden Direktur PTFI harus memperhatikan rekam jejak profesional, latar belakang pendidikan, integritas, serta pengalaman dalam pengelolaan perusahaan pertambangan.
Lebih lanjut, Jackson mengingatkan bahwa tantangan sektor pertambangan ke depan akan semakin kompleks—terutama terkait isu keberlanjutan, tanggung jawab sosial, dan tata kelola lingkungan. Karena itu, figur yang akan memimpin PTFI perlu memiliki visi strategis, kapasitas kepemimpinan, dan komitmen kuat terhadap pemberdayaan masyarakat lokal.
“Kita harus memberikan dukungan kepada sosok yang benar-benar berpengalaman dalam pengelolaan pertambangan, karena tantangan yang dihadapi perusahaan ke depan tidaklah mudah—baik dari sisi teknis, sosial, maupun lingkungan,” tambahnya.
Jackson berharap, proses restrukturisasi ini dapat menjadi momentum penting bagi PT Freeport Indonesia untuk memperkuat tata kelola perusahaan, meningkatkan partisipasi masyarakat lokal, serta menjaga keseimbangan antara kepentingan bisnis dan nilai-nilai adat di wilayah Mimika.








